Ketika teman-teman,
Tersungkur, tersangkar, terpenjara di daerah duka,
Dibelenggu perasaaan teraniaya
Bersalah di atas dosa-dosa diri
Bergelumang di dalam ombak lautan kaca hitam berduri
Bumi yang di sana itu bergetar,
Meranap, menghancur, membelah,
Tembok batu berkecai,
Merobek hati-hati kecil,
Tiada lagi air mata,
Tiada lagi senyum tawa,
Ketika kita lena,
Membuai fantasi duniawi
Cerita sakit, perit dan pedih
Sengketa, derita,
Mengalir di sisi,
Apa guna punya teliga?
Tidak bisa mendengar, terusan pekak,
Apa guna punya mata?
Tidak melihat, memandang langsung memejam
Apa guna punya lidah, bibir di mulut
Terkunci rapat, kelu dan membisu?
Apa guna punya otak,
Senang -lenang buntu, membeku.
Pentas ini bukan tempat sekadar
Berkata-kata, berbicara
Pentas ini bukan tempat sekadar
Mengatur rentak, membuka langkah, menyusun bunga,
Pentas ini,
Medan untuk bersuara,
Pentas ini,
Medan untuk bercita-bercita
Pentas ini,
Medan untuk berjuang
Medan ini untuk mempertahan,
Biarkan pohonan hijau merendang nun jauh di sana
Biarkan kicauan burung melayang terbang
melagukan irama
Biarkan jernih sungai mengalir deras hingga ke kuala
Biarkan perbukitan gagah mencengkam alam maya
Biarkan embunan menitis suci membasah bumi
Pentas ini,
Bumiayu,
Bersujud aku,
Syukur kepada Allah yang satu,
Kita masih tetap di sini,
Meniti Bumiayu menanti hari-hari terakhir.
Mohd Hatta Mohd Yatim
UiTM Melaka.